Laporan
Perempuan Tidak Boleh Makan Mie Instan, Benarkah?
Selama ini mie dianggap sebagai camilan sehingga bagian sebagian orang porsi mie tidak terlalu mengenyangkan saat dikonsumsi. Itukah alasan orang-orang tidak takut gemuk walau hanya mengonsumsi sebungkus mie?
Korea Selatan, Negara dengan tingkat konsumsi mie tertinggi di Asia dijadikan sebagai lokasi penelitian selama dua tahun. Penelitian tersebut termuat dalam Journal of Nutrition, dimana mengungkapkan bahwa makan mie instan bisa mengakibatkan kegagalan hati dan mempengaruhi ukuran lingkar pinggan.
Sebanyak 68 responden di Korea Selatan mengaku menyantap mie instan dua minggu sekali. Dilansir dari Boston, diperkirakan frekuensi konsumsi mie tersebut menimbulkan gejala sindrom metabolik.
Sebanyak 10.771 responden ditemukan memiliki dua pola makan utama seperti diet tradisional (ikan, sayur dan nasi), dan daging dan makanan cepat saji termasuk mie instan.
Orang yang mengonsumsi daging dan makanan cepat saji akan mengalami peningkatan risiko obesitas, peningkatan gula darah dan kolesterol tinggi.
Uniknya, efek tersebut hanya dirasakan oleh para perempuan yang makan mie instan saja.
Seperti yang dilaporkan oleh Time, bahwa ada hubungan antar akemasan mie yang mengandung BPA dengan perempuan yang mengonsumsi mie instan. Kandungan BPA mengakibatkan disruptor endrokrin yang akan memengaruhi tingkat hormone estrogen perempuan.
Tubuh perempuan lebih sensitif terhadap efe karbohidrat, sodium dan lemak jenuh. Sifat sensitif ini juga dialami oleh perempuan pasca menopause dan yang dinilai kurang aktif secara fisik.
Dengan penelitian ini bukan berarti perempuan tidak boleh menyantap mie instan sepenuhnya. Disampaikan oleh Dr Frank Hu, pemimpin penelitian, perempuan harus pandai dalam menyeimbangkan makanan yang sehat.
Dalam menu diet sehat, mie instan tidak boleh dimasukkan di dalamnya. Mis instan sudah mengalami proses yang menyebabkan kandungan kalori, lemak jenuh, sodium dan sejumlah glikemik dalam level tinggi. Jika bisa hindari konsumsi mie instan, atau setidaknya konsumsi hanya 1-2 dalam sebulan, efeknya tidak masalah.