Daerah
Meniru Tradisi Itadakimasu Jepang di Musim Perayaan Akhir Tahun
Kue-kue, jajasan pasar, atau makanan berat selal jadi opsi kita saat mengadakan pesta atau perayaan suatu momen penting.
Di tengah hiruk pikuk musim perayaan, saat meja-meja berderit karena banyaknya pesta mewah, ada konsep Jepang yang mengajak kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan mengapresiasi karunia yang ada di hadapan kita—Itadakimasu.
Pada intinya, Itadakimasu lebih dari sekedar ungkapan yang diucapkan sebelum makan; ini adalah ekspresi rasa terima kasih dan perhatian yang mendalam yang tertanam dalam budaya Jepang.
Diterjemahkan sebagai "Saya dengan rendah hati menerima", Itadakimasu mengakui upaya kolektif yang dilakukan untuk menyajikan pangan ke meja makan—mulai dari petani dan produsen hingga pihak yang menyiapkan makanan.
Menurut chef Vaibhav Bhargava, CHO Vietnam Kitchen and Bar, frasa tersebut membedakan dirinya dari 'Arigato Gozaimasu' yang lebih umum karena mencakup spektrum rasa syukur yang lebih luas.
“Ketika seseorang menggunakan Itadakimasu, mereka tidak sekadar mengungkapkan rasa terima kasih kepada individu yang bertanggung jawab menanam, menyiapkan, dan menyajikan makanan; mereka juga mengakui entitas ilahi dan jaringan rumit hubungan serta upaya yang berkontribusi pada perjalanan makanan dari sumber ke meja,” jelas Bhargava.
Ia mencatat bahwa tradisi Jepang ini memiliki beberapa kesamaan dengan kebiasaan India dalam berdoa dan bersyukur kepada Tuhan sebelum makan. “Dalam kedua kasus tersebut, terdapat rasa kerendahan hati dan pengakuan bersama akan pentingnya gizi dalam kehidupan manusia. Tindakan berterima kasih kepada kekuatan yang lebih tinggi, baik di Jepang atau India, menggarisbawahi hubungan spiritual yang mendalam antara makanan dan rezeki.”
Dr Sushma Kumari, Ahli Gizi, Rumah Sakit CARE, Banjara Hills, Hyderabad, menekankan bahwa konsep Itadakimasu juga dapat membantu memanjakan diri dalam pola makan yang sadar, terutama saat perayaan hari raya ketika seseorang cenderung makan berlebihan, dan bahkan mengurangi sampah makanan.
"Perhatikan ukuran porsi dan cobalah meminimalkan sisa makanan. Tunjukkan rasa hormat terhadap sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan dengan berupaya mengonsumsi apa yang Anda sajikan.”
Dr Kumari menyarankan untuk menerapkan prinsip makan Itadakimasu yang penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari Anda untuk meningkatkan hubungan yang lebih sadar dan menyenangkan dengan makanan. Berikut beberapa cara untuk melakukan ini.
A. Mengungkapkan rasa terima kasih: Luangkan waktu sejenak sebelum makan untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas makanan di piring Anda, orang-orang yang berkontribusi terhadapnya, dan sumber daya yang memungkinkannya.
B. Makan dengan kesadaran: Pelan-pelan dan nikmati makanan Anda. Perhatikan warna, bau, tekstur, dan rasanya. Hindari gangguan seperti TV atau ponsel pintar saat makan agar fokus sepenuhnya pada makanan.
C. Kontrol porsi: Sajikan sendiri ukuran porsi yang wajar dan hindari makan berlebihan. Dengarkan isyarat lapar dan kenyang tubuh Anda untuk membantu Anda menjaga hubungan yang seimbang dan sehat dengan makanan.
D. Memasak dengan penuh perhatian: Jika Anda terlibat dalam persiapan makanan, lakukan pendekatan dengan penuh perhatian dan perhatian. Perhatikan bahan-bahannya, proses memasaknya, serta cinta dan upaya yang Anda berikan pada makanan Anda.
e. Kurangi limbah makanan: Waspadai limbah makanan dan cobalah meminimalkannya dengan merencanakan makanan Anda, menggunakan sisa makanan secara kreatif, dan membuat kompos sisa makanan jika memungkinkan.