Previous
Next
  • Home
  • »
  • Laporan
  • » Penyandang Autisme di Indonesia dalam Angka Masih Gelap

Laporan

Penyandang Autisme di Indonesia dalam Angka Masih Gelap

 

Banyaknya kasus penyandang autisme di Indonesia rupanya belum bisa dipastikan secara angka dan pertumbuhannya. Hal ini sama halnya kita mengenali alam pikiran seorang anak autisme yang sulit ditebak.

Melly Budhiman, pakar autisme dan ketua Yayasan Autisma Indonesia mengatakan, praktiknya sejak era 1980-an menggambarkan bahwa ada sebanyak tiga anak penyandang autis per tahun. Jumlah ini selalu meningkat memasuki era 90-an.

Data Autisme Berbagai Dunia

Belum ada data resmi jumlah anak dengan kondisi autis di Indonesia. Data terakhir di tahun 2013 menyatakan penderita autis di dunia dunia mencapai 21,7 juta. Pada tahun 2011, badan UNESCo memperkirakan ada 35 juta penderita autisme di dunia, dan dinyatakan enam dari 1000 orang populasi dunia adalah penyandang autis.

Pemerintah Amerika Serikat mencatat data 2014, sebanyak 1,5 persen anak-anak dari 68 anak adalah autistic. Dibandingkan tahun 2012, angka ini meningkat 30 persen dengan perbandungan satu banding 88 anak.

Studi lain di tahun 2012 juga mencatat sebanyak 1,1 persen penduduk di Inggris yang berusia 18 tahun adalah penyandang autism. Di Korea juga disebutkan perbandingan autistik satu banding 48. Dengan perbandingan anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan, yakni empat banding satu.

Autisme di Indonesia

Di Indonesia sendiri belum ada data resmi tentang angka penyandang autism. Direktur Bina Keseatan Jiwa Kementerian Kesehatan memperkirakan pada tahun 2013 sebanyak 112 ribu orang usia 5 – 19 tahun adalah penyandang autis.

Angka ini diperoleh dari perhitungan prevalensi autis 1,68 per 1999 anak di bawah 15 tahun. Badan Pusat Statistik  pada tahun 2010 mencatat dari 66 juta anak usia 5 – 19 tahun, sebanyak 112 ribu anak adalah autistik.

Dapat dipastikan bahwa gambaran angka autism di Indonesia ini menjadi kondisi ‘gelap’ tidak hanya soal angka namun juga dari penanganan  autis itu sendiri. Indonesia belum banyak menyediakan fasilitas terapi untuk penyandang autis. Selama ini beberapa pusat terapi autis mematok biaya yang cukup besar.

Yayasan yang dikelola oleh Melly selama ini sudah memberikan edukasi penanganan autis kepada berbagai pihak agar mereka bisa meningkatkan kesadaran dan penerimaan terhadap autis. Meskipun secara teoru berbagai pihak menyatakan memberi dukungan namun hanya sepersekian persennya yang mau melakukan praktikknya di lapangan.

Hal terpenting adalah untuk orangtua agar mau dan mampu menerima anak dengan kondisi autis.

 

(adeg/Carapedia)
Tambahkan komentar baru
Komentar Sebelumnya (0)
Belum ada komentar untuk produk ini.