Anak
Biarkan Anak Berimajinasi, Ini Tips Orangtua Merawatnya
Apakah anak diperbolehkan untuk berimajinasi? Ya, boleh!
Imajinasi merupakan ruang tanpa batas dan tanpa aturan. Sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang mengandung hal tertentu dan terstruktur. Pengetahuan cenderung menciptakan batas-batasan yang menghambar kreativitas seseorang. Hal ini jelas berbeda konsepnya dengan imajinasi.
Di masa pertumbuhan, anak-anak justru lebih dipentingkan untuk berimajinasi. Imajinasi anak bersifat tanpa batas sehingga orangtua harus merawat imajinasi tersebut. Anak-anak perlu dibiarkan berimajinasi, jika perlu dirangsang untuk mampu berimajinasi di luar batas mereka.
Akan tetapi hal ini kerap tidak terjadi pada orangtua yang lebih suka membatasi imajinasi anak. Mereka yang telah terbiasa hidup dalam batasan-batasan pengetahuan justru menolak sesuatu yang berbeda dengan pengetahuan tersebut.
Misalnya ketika anak menggambar, anak akan menggambar apa yang ia suka, sapi berwarna ungu, pohon berwarna hitam. Orangtua akan menegur apa yang dilakukan anak, memberi aturan terhadap imajinasi anak.
Selain itu orangtua lebih senang mencekoki anak-anak dengan berbagai pengetahuan, membuat anak serba tahu dan dianggap cerdas. Namun hal ini tidak serta merta membuat imajinasi anak berkembang jika orangtua tidak membuka lebar ruang imajinasi mereka.
Misalnya anak dalam melihat berbagai bentuk, jika diterjemahkan dalam ruang imajinasi, berbagai bentuk bisa menjadi berbagai macam. Bentuk bundar bisa menjadi donat, telur, kue, bulan dan lain-lain. Sedangkan orangtua malah mengajarkan anak bentuk bundar hanya sebatas huruf O saja.
Berbagai aturan yang diterapkan orangtua juga dapat membatasi imajinasi anak, seperti tidak boleh berantakan, kotor, berkata tidak sopan. Semakin anak diberi batasan dalam dunianya, maka akan semakin sempit imajinasinya.
Lalu bagaimana cara agar orangtua bisa memperluas imajinasi anak-anak:
Memperbanyak aktiviats di luar ruangan
Anak-anak harus diberi ruang untuk bisa bermain bebas, seperti di ruang terbuka halaman rumah atau lingkungan kampung. Aktivitas-aktivitas di luar ruangan dapat mengembangkan kemampuan motorik serta merangsang imajinasi anak secara optimal.
Menciptakan scenario dalam bermain
Orangtua perlu mengikutsertakan anak dalam permainan yang mereka ciptakan. Seperti membayangkan diri mereka sebagai objek bermain, anak bisa berpura-pura menjadi guru, dokter, polisi, superhero, malaikat atau profesi dan tokoh karakter lain yang disenangi anak.
Aktivitas verbal
Aktivitas verbal juga perlu dibiasakan, mulai dari mengajaknya berbincang, Tanya jawab, bercerita ataupun bernyanyi. Setidaknya jangan membuat anak menjadi pendengar saja, namun dorong mereka untuk berbicara. Misalnya ketika mendongeng, jadikan aktivitas ini berjalan secara interaktif, sehingga anak dapat terlibat dalam menentukan jalan cerita. Beri juga kesempatan untuk anak-anak menceritakan kisahnya atau dongeng yang ia ciptakan sendiri.
Merangsang pertanyaan open ended dan menantang
Pertanyaan open ended ini berarti adanya jawaban yang beragam, seperti jangan tanyakan 3+4 sama dengan berapa, namun tanyakan 7 adalah penjumlahan angka berapa dan berapa. Subyek lain juga bisa sebagai alternatif yang memungkinkan anak dapat menjawab beberapa alternatif jawaban.
Terakhir, sebisa mungkin batasi anak dari kontak layar TV, komputer dan gawai yang cenderung mendorong anak bersikap pasif dan enggan bergerak bebas.