Kesehatan
Fastfood Memperburuk Depresi, Ini 4 Buktinya
Mengonsumsi fastofood sudah banyak diketahui banyak orang dapat memperburuk kesehatan tubuh. Tidak hanya secara fisik namun fastfood juga mempengaruhi mood seseorang termasuk memperparah depresi seseorang.
Sebuah penelitian dalam Journal of Public Health Nutrition membuktikan bahwa fastfood memiliki dampak terhadap emosi. Dalam penelitian tersebut disebutkan burger, pizza, donat dan croissant yang sering disantap orang-orang rupanya berisiko 51 persen lebih tinggi memperburuk depresi. Angka ini lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang jarak mengonsumsi makanan tersebut.
Dampak langsung dari mengonsumsi fastfood terhadap emosi seseorang dibuktikan dalam empat hal ini:
1. Fastfood menggemukkan
Depresi biasanya dialami ketika seseorang sudah merendahkan dirinya dan memiliki pandangan ‘negatif’ terhadap dirinya sendiri. Untuk merasa lebih baik, tak jarang orang-orang yang merasa depresi melampiaskan pada makanan. Makan memang memperbaiki mood meskipun sementara waktu. Misalnya mengonsumsi hot dog dalam jangka panjang justru menghancurkan mood karena menambah berat badan.
2. Membuat ketagihan
Makanan cepat saji terbukti dalam beberapa penelitian menyebabkan ketergantungan. Orang-orang yang memesan makanan cepat saji ini cencerung tergoda untuk memesan sesuatu yang lain dari yang lain. Daripada memesan secukupnya, mereka senang menambah tagihan bon untuk meningkatkan ukuran pesanan fastfood yang diinginkan.
3. Cytokines dan inflamasi
Menurut penelitian dikatakan bahwa orang-orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula secara rutin akan mengalami gejala depresi 60 persen lebih tinggi. Hal ini berhubungan dengan cytokines, yakni protein kecil yang dilepaskan oleh sel tubuh. Cytokines dengan kadar tinggi yang dimiliki seseorang akan memicu ia lebih mudah terserang depresi. Tentu saja kadar cytokines yang meningkatkan ini akibat dari makanan tinggi lemak dan gula.
4. Merasa Tidak Terhubung
Orang-orang yang mungkin tampak ‘bahagia’ bisa jadi mengalami depresi, sehingga ia cenderung menarik diri di kehidupan social, merasa kesepian dan merasa terisolasi. Gejala ini mereka alami setelah mengonsumsi makanan cepat saji. Dalam penelitian dijelaskan bahwa gejala depresi ini dipengaruhi oleh lemak jenuh di dalam makanan cepat saji tersebut.