Keuangan
Jumlah Uang yang Dikeluarkan Pria untuk Belanja Lebih Besar dari Wanita
Wanita, umumnya lebih dianggap sebagai kaum yang gila belanja sehingga memungkinkan pengeluaran membengkak. Itulah yang membuat kaum priajuga bertanya-tanya, mengapa wanita suka sekalo belanja. Namun, dibalik itu semua, kaum pria tidak terlepas dari tuduhan gila belanja.
Seorang psikolog, Dra. A. Kasandra Putranto mengatakan sebuah studi yang menyatakan bahwa wnaita memang suka belanja, namun nilai pembelajanjaan jauh lebih kecil dari kaum pria. Bagaimana bisa?
Dalam survei yang dilansir dari Dailymail, sebuah survei terhadap 1.000 warga Amerika Serikat juga mengungkapkan bahwa pria berlenja sepekan 30 menit lebih lama dari kaum wanita, sedangkan wanita hanya 2,5 jam per pekan.
Di dalam survei ini juga dipaparkan bahwa jumlah pengeluaran pria lebih tinggi dari wanita ketika berbelanja. Jika wanita menghabiskan Rp 1 juta per bulan untuk belanja pakaian, maka pria akan mengeluarkan uang Rp 130.000 lebih mahal untuk belanja pakaian. Selain itu kecenderungan pria untuk belanja online dua kali lipat lebih tinggi dari wanita, sebab pria lebih malas berjalan dari satu toko ke toko lain.
Wanita cenderung berbelanja dalam jumlah banyak, namun nilai pembelanjaan pria jauh lebih besar, Kasandra menyatakan hal ini dalam sebuah acara #Shopalogic Fashion Fair Mall Taman Anggrek seperti dilansir dari Kompas.com.
Dr. Kasandra menjelaskan bahwa wanita suka berlanja berulang, sehingga membuat mereka disebut sebagai pecandu belanja atau shopaholic. Perilaku ini dipengaurhi oleh beberapa faktor,seperti kenaturalan dan alam, dimana secara alami, manusia senang berbelanja.
Seseorang yang senang berlanja berulang kali juga disebabkan karena tidak memiliki pengendalian diri yang baik. Faktor lainnya adalah karena faktor keturunan. Orangtua yang senangbelanja juga akan ditiru oleh anaknya sehingga anak cendeurng mengadaptasi budaya serupa.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi, dimana industri berusaha mempengaruhi orang untuk berlanja. Adanya promosi dan bulan diskon menjadi pemicu seseorang untuk berbelanja hal-hal yang sebenarnya tidakdiperlukan.
Akibat dari itu semua adalah terganggunya anggaran bulanan, serta menguras tabungan karena sifat impusif dan tidak mendapatkan manfaat yang signifikan.