Laporan
Bekerja Multitasking Berisiko Kerusakan Otak
Beraktivitas secara multitasking atau melakukan banyak tugas dalam waktu bersamaan bukan berarti membuat seseorang bekerja lebih produktif, hal ini menurut para peneliti. Sejumlah pakar seperti ilmuwan spesialis otak, psikologi dan lain-lain menilai bahwa otak ternyata tidak mampu berpusat lebih dari satu yang sama.
Multitasking diartikan sebagai upaya seseorang untuk mengalihkan beberapa perhatian secara bergantian dalam waktu yang sama. Bagi beberapa orang hal ini tampak menyenangkan karena bisa melakukan tiap-tiap tugas bersamaan. Akan tetapi hal ini justru membuat tugas-tugas tersebut diselesaikan dalam waktu yang lebih lama daripad amengerjakan satu hal saja dalam satu waktu.
Banyak kaum milenial yang menganggap hal tersebut sebagai pilihan dan tidak mengetahui dampaknya. Dikatakan oleh para peneliti dari Bryan College, orang yang gemar multitasking ini memiliki beban harga yang besar yang harus dibayar sesudahnya.
Kaum milenial tercatat melakukan multitasking untuk melakukan semua tugasnya rata-rata sebanyak 27 kali per jam. Angka ini merupakan angka terburuk berdasarkan riset dimana aktivitas multitasking dapat menurunkan IQ hingga 15 poin.
Multitasking dianggap mampu menurunkan kecerdasan emosional seseorang. Kondisi ini diakibatkan karena Anda memiliki kebiasaan untuk mengalihkan perhatian dari platform satu ke platoform lain, misalnya dari laptop ke telepon gemgang atau ke tv.
Hasil dari aktivitas multitasking rupanya sama dengan hasil saat melakukan tugas jika Anda tidak beristirahat sebelumnya, yakni multitasking yang terlalu sering dapat merusak otak.