Kesehatan
Tingkat Konsumsi Minuman Manis Antar Negara
Mengonsumsi minuman manis bagi sebagian orang sudah menjadi kewajiban, seperti jus buah, susu, soda, serta teh dan kopi yang ditambahkan gula. Padahal, sebuah penelitian mengungkapkan ratusan ribu kematian disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi minuman manis.
Tidak ada orang yang tidak menyukai minuman manis. seperti studi yang termuat dalam urnal PLOS One yang menggambarkan tingkat konsumsi minuman manis berdasarkan letak geografis, demografis, pendapatan serta jenis kelamin.
Ketua studi global tersebut, Gitanjali Singh, minuman yang dibagi dibagi ke dalam tiga kategori yakni minuman yang diberi gula, susu dan jus buah.
Pada minuman yang diberi gula mengandung kurang lebih 50 kalori berasal dari gula pada 8 ons sajian (minuman energi, es teh, soda dan sebagainya). Pada minuman jus mengandung gula namun bukan 100 persen jus. Kemudian kategori ketiga yaitu susu.
Penelitian tersebut dilakukan jangka panjang untuk menemukan tren di dunia. Untuk negara dengan tingkat pendapatan tingga mereka cenderung mengonsumsi jus buah. Urutan pertama untuk konsumsi jus adalah Selandia Baru, dan Eritrea menempati posisi terakhir.
Pada kategori susu, konsumsi susu tertinggi terdapat pada negara - negara kaya. Seperti Swedia dan Islandia dengan penduduk yang minum sekitar 1,6 sajian susu setiap harinya. Amerika mengonsumsi kurang dari 1 sajian per hari dan Korea Selatan paling sedikit.
Asia Timur termasuk negara yang sedikit mengonsumsi minuman yang diberi gula. Sedangkan negara - negara di Karibia (Trinidad, Tobago dan Barbados) adalah negara yang menempati urutan teratas untuk konsumsi minuman bergula. Pada pria muda setidaknya mereka minum 3,4 sajian perhari.
Berdasarkan usia, orang-orang yang lebih muda cenderung mengonsumsi minuman manis yang dingin dan ini berbeda dengan orang yang lebih tua yang memilih susu.
Konsumsi minuman manis tertinggi terjadi pada negara berpendapatan menengah, namun angkanya rendah pada negara dengan pendapatan tinggi dan rendah.
Tingkat kekayaan negara justru menempatkan mereka pada posisi terendah konsumsi minuman manis. Sementara negara menengah yang sedang mengalami masa transisi nutrisi dari makanan tradisional ke makanan olahanmemiliki angka yang tinggi untuk konsumsi minuman dengan pemanis.