Previous
Next

Masakan Nusantara

Menengok Sejarah Menarik Masakan Khas Jawa

 

Bagi pecinta wisata kuiner, mencicipi masakan khas suatu daerah tidak hanya menikmati rasa dan aromanya saja, namun pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Banyak beberapa masakan khas di suatu daerah yang menyimpan nilai budaya dan sejarah tersendiri yang menjadikan masakan tersebut lebih menarik, salah satunya adalah masakan khas Jawa.

Di Pulau Jawa, masakan tradisional selalu kaya akan cita rasa bumbu rempah. Salah satu restoran yang mengutamakan nilai sejarah masakan khas Jawa adalah Joglo Patheya  Legendary Javanese Cuisines, Jakarta Selatan yang menyajikan sego jamblang, sego golong, dan manuk nom. Nama masakannya sangan unik ditambah nilai sejarahnya yang begitu menarik.

Menu sego jamblang yang menjadi makanan khas tradisional Cirebon ternyata menyimpan cerita haru. Makanan tersebut pada jaman dulu hanya disajikan kepada para pekerka paksa di zaman Kolonial Belanda saat membangun jalan raya Daendels atau Anyer-Panarukan.

Penyajian sego jamblang ini dibungkus dengan daun jati, yang menurut penuturan si pemilik restoran Rahayu Ningsih, nasi yang dibungkus dengan daun jati justru lebih tahan lama daripada yang dibungkus dengan daun pisang. Rasa nasi pun terasa lebih pulen sebab daun jati memiliki pori-pori yang membantu kualitas nasi tertap trjaga meski dibungkus seharian.

Menu selanjutnya adalah sego golong yakni nasi kepal berbentuk bulat-bulat. Nasi ini kental dengan nilai filosofis Jawa yang artinya bersatu. Nasi ini popular di masa KGPAA Mangkunegoro I (Pangeran Sabernyawa) dari Pura Mangkunegaran sebab nasi ini juga menjadi makanan favorit beliau. Perlu diketahui bahwa beliau juga salah satu pahlawan gerilya yang melawan penjajah selama 16 tahun (1740-1757).

Di waktu itu, menu sego golong masih menggunakan bahan yang sederhana karena masih dalam masa perjuangan yang cukup memprihatinkan. Menu ini terdiri dari nasi putih kepal yang disajikan bersama urap sayuran, suwiran ayam, potongan tahu dan tempe serta sayur bening.

Menu makanan lain yang berupa kudapan khas Kraton Yogyakarta adalah manuk nom. Menu ini adalah sajian penutup pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII, pada tahun 1877-1921. Manum nom adalah sajian pudding berbahan tape ketan hijau dan telur. Pada masa selanjutnya di era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939), manum nom beralih menjadi hidangan pembuka.

Di beri nama manuk nom sebab makanan ini menyerupai burung kecil, penyajiannya ditata di atas wadah dengan alas daun pisang. Pudding ini sangat menggugah selera karena didekorasi dengan emping melinjo di atas pudding sehingga mirip seperti sayap. 

Video

Sego Jamblang

(adeg/Carapedia)
Pencarian Terbaru

Makanan khas sultan emping. Sejarah makanan manuk nom. Sejarah manuk nom. Penyajian makanan dari tape ketan. Sejarah panganan sego golong. Makanan.khas sultan emping.

Tambahkan komentar baru
Komentar Sebelumnya (0)
Belum ada komentar untuk produk ini.