Rumah
Semen Hijau, Semen Berbahan Limbah yang Ramah Lingkungan
Semen selalu dibutuhkan dalam setiap proses pembangunan rumah, gedung kantor, hotel dan properti lain. Semen ini dijadikan bahan pelengkap utama untuk menciptakan beton yang kokoh. Namun, semen telah terbukti menjadi bahan penghasil karbondioksida kedua terbesar setelah pembangkit listrik. Karbondioksida ini adalah salah satu senyawa yang meningkatkan suhu bumi.
Beberapa alternatif dalam penggunaan semen telah banyak dilakukan, salah satunya adalah penggunaan semen hijau. Semen hijau ini dihasilkan dari campuran limbah bekas pembakaran semen sebelumnya. Diproduksi melalui ampas semen yang daripada dibuang kemudian dicampurkan ke dalam semen.
Limbah semen ini berupa debu sisa pembakaran batu bara (fly ash). Menurut Davy Sukamta, Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), semen hijau ini tidak mengandung semen seratus persen.
Material semen hijau menyerupai semen konvensional namun tidak banyak menggunakan energi fosil saat produksi. Kualitas dari semen hijau ini memang tidak sekuat semen konvensional namun bisa diatasi dengan komposisi tertentu.
Dalam penggunaannya tetap harus mencampurnya dengan semen konvensional namun hal ini cukup membantu mengurangi penggunaan energi fosil.
Semen hijau selain membantu mengurangi emisi karbondioksida juga harganya lebih murah dibandingkan semen biasa. Sebab dijelaskan tadi bahwa semen hijau ini menggunakan limbah atau sisa pembakaran.
Semen hijau ini sudah sejak 10 tahun terakhir digunakan dan telah meningkat penggunaannya dalam waktu lima tahun terakhir. Banyak digunakan untuk gedung-gedung dan restoran untuk konstruksi bangunannya.
Saat proses pembangunan, semen ini juga bermanfaat. Dalam pengerjaan konstruksi beton semen konvensional bisa menaikkan suhu awal beton dan menyebabkan keretakan. Akan tetapi dengan tambahan fly ash bisa mengurangi panas hidrasi semen pada beton.