Pertanian
Menjajal Pertanian Vertikal di Kawasan Perairan Laut
Bagaimana Anda membayangkan ada sebuah ladang pertanian di tengah laut?
Gagasan ini dikemukakan oleh Bren Smith, seorang eco-avenger, asli Kanada yang kini menetap di Amerika. Awalnya ia hanyalah seorang nelayan komersil, kemudian setelah tercetus ide ini ia mulai mengembangkan potensi secara profesional. Ia menangkap kepiting dan ikan cod di lepas pantai wilayah Alaska dan New England.
Dilansir dari Food and Wine, Smith menyadari bahwa populasi ikan menyusut dan ia perlu mengubah sesuatu. Kemudian Smith mulai terpikir untuk mempelajari bagaimana cara menjaga keberlangsungkan kehidupan laut.
Langkah pertama, Smith beralih ke pertanian tiram. Smith menyediakan lahan pengembangbiakan kerang jenis tiram di wilayah Connecticut untuk disewakan kepada para petani. Sayangnya, tak lama kemudian kawasan tersebut hancur dihantam badai Irene dan Sandy. Smith tak pantang menyerah, ia kemudian mencoba membuat pertanian vertikal setinggi dua meter dari seabed.
Awal mula Smith menjajal lahan pertanian di tengah laut ini setelah ia membaca hasil penelitian Dr. Charles Yarish tentang budi daya rumput laut. Menurut penelitian itu, Smith hanya perlu menyambungkan tali-tali ke pelampung angguk (bbbing buoys) yang di tanam di tempat tersebut menggunakan jangkar tahan badai.
Tali-tali ini berfungsi menahan tanaman agar bisa bermanfaat bagi alam. terdapat beberapa jenis tanaman laut yang ditaman serta memberikan manfaat bagi lingkungan laut, antara lain untuk penyerapan karbon dioksida dibudidayakan alca cokelat (Saccharina Larissima), fungsi penyaringan nitrogen dari air dibebankan pada tanaman mussels, keram jenis tiram dan scallops. Selain itu, di dalam proses penanaman, para petani laut tidak perlu menambahkan pestisida, pupuk tanaman serta tambahan air.
Dalam lima tahun ke depan, rencananya Smith akan membantu lima pertanian laut vertikal ini setiap tahunnya untuk kawasan New England. Sebagai modal upayanya dalam membangun pertanian laut, Smith membeli 80 persen rumput dari para petani laut.
Smith membangun organisasi non-profit, bernama GreenWave, dimana baru saja menerima hibah US$100 ribu atau sekitar Rp1,3 miliar dari Buckminster Fuller Institute yang akan digunakan untuk melatih para petani laut di daeranya.