Keluarga
Menghadapi Trauma Buruk yang Dialami Anak
Tidak hanya orang dewasa bahkan anak-anak pun akan mudah tersentuh atau terpengaruhi oleh kejadian traumatik di dalam kehidupan mereka. Untuk itu sebagai orang tua perlu mengajak anak memahami dan memaknai kejadian tersebut secara positif daripada berusaha menghilangkan memori akan peristiwa tersebut.
Psikolog Nathanael EJ Sumampuow, MPsi, dari Universitas Indonesia, mengatakan bahwa baik trauma maupun tidak tauma kondisi anak terhadap suatu kejadian sangat berhubungan erat dengan memori mereka. Jadi, sangat mustahil jika kemudian menghilangkan memori anak akan kejadian tersebut.
Daripada berusaha menghilangkan memori anak, akan lebih baik jika memaknainya dengan positif. Misalnya anak terkena dampak teror bom, korban kerusuhan atau kekerasan, ketika remaja ia masih memiliki luka bekas peristiwa tersebut pasti ia akan berpikir macam-macam.
Anak yang memaknai kejadian secara positif biasanya akan berpikir kejadian tersebut adalah kesalahan si pelakunya bukan kelompok atau agama tertentu. Kondisi ini juga bisa menjadi indicator anak untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta berhasil melalui pengalaman pahitnya. Sehingga anak bisa kembali bermain, pergi ke sekolah, menikmati hari-harinya, dan berinteraksi dengan orang tua tanpa gangguan apapun.
Beberapa anak mungkin pernah mengalami atau menyaksikan kejadian buruk secara langsung, maka orangtua yang ada disekitarnya sebaiknya memahami bahwa rekasi trauma anak-anak ini wajar. Sebab reaksi tersebut adalah sebuah penghindaran agar anak tidak mengingat kejadian tersbut. Bisa juga anak bereaksi dengan menghindari hal-hal yang mengingatkan akan kejadian tersebut.
Ketika anak sudah menunjukkan gejala perubahan perilaku eperti regresi, atau anak jadi suka ngompol, menangis tanpa sebab atau kondisi lainnya, baiknya hal tersebut perlu diwaspadai.