Anak
Kiat Menghadapi Anak yang Mulai Pandai Mengancam
Banyak orang tua menganggap ketika usia anak semakin bertambah maka ancaman anak juga akan semakin besar. Namun apakah anggapan tersebut benar adanya?
Hal ini bisa dibenarkan. Anak usia 5-8 tahun memiliki memiliki kemampuan kognitif jauh lebih matang dibandingkan di usia sebelumnya. Di usia ini anak sudah mampu menganalisis sesuatu dengan lebih kritis, menghubungkan ‘peristiwa’ satu dengan ‘peristiwa’ lainnya, serta koleksi memorinya juga lebih banyak.
Akibatnya, bisa jadi memori atau peristiwa bisa digunakan mereka untuk mengancam. Contohnya, ia membandingkan anak lain yang bebas bermain di bawha hujan, sedangkan ia masih dilarang orang mamanya.
Anak di usia ini sering menjadi follower terhadap teman-temannya, ketika keinginannya ini terhalang maka jalan satu-satunya adalah mengancam. “Aku nggak mau makan, kalo mama nggak ngijinin aku mainan playstation”, atau sebagainya.
Dijelaskan pula oleh Psikolog dari Personal Growth, Nessi Purnomo, Psi., MSi bahwa keadaan ini bahwa anak usia 5-8 tahun mungkin sudah dianggap tidak lucu lagi karena kebiasaannya yang suka mengancam. Ia lebih lihai untuk memainkan perannya saat mengancam agar bisa memperoleh apa yang inginkan.
Bandingkan dengan anak usia bawah 5 tahun ketika mengancam mungkin ini masih dianggap kejadian lucu. Kita tidak pernah menduga anak seusia itu sudah pandai mengancam, benar bukan?
Mengancam yang dilakukan anak merupakan suatu keadaan mekanik ketika anak ingin menyelesaikan masalahnya. Hal ini bisa saja berlangsung hingga ia beranjak dewasa nanti. Intinya ia akan terus mengancam jika ingin berhasil mendapatkan apa yang inginkan.
Namun, jangan dibenarkan keadaannya ini agar tidak menjadi perilaku buruk. Sebagai orang hendaknya perlu waspada ketika anak sudah pandai mengancam. Ajar bicara anak secara bersama-sama dalam bahasa yang membuat anak berpikir bahwa mengancam itu bukanlah hal yang baik.