Keluarga
Menurut Riset, Inilah 5 Alasan Perceraian Teraneh Sedunia
Dalam menjalani biduk rumah tangga tak jarang pasangan yang tak mampu menyelesaikan masalah selalu berakhir dengan perceraian. Perceraian ini juga bisa terjadi karena beberapa alasan yang tidak masuk akal.
Dirangkum dari beberapa riset, berikut ini adalah lima penyebab perceraian yang terdengar aneh di dunia.
Waktu tempuh ke kantor yang terlalu lama
Sebuah riset di Swedia yang dilakukan tahun 2013 lalu mengungkapkan bahwa seseorang yang terlalu lama menempuh perjalanan ke kantor, rata-rata 45 menit, cendnerung mengalami perceraian.
Studi yang terbit di Urban Studies ini mengambil sampel responden warga Swedia dengan merekam pernikahan mereka selama 10 tahun. Sebanyak 14 persen pasangan yang menempuh waktu tempuh yang lama ke kantor cenderung akan bercerai, sebanyak 10 persen pasangan malah bekerja lebih dekat dari rumah.
Pengaruh Teman
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Social Forces mengungkapkan bahwa perceraian yang Anda alami terjadi karena teman-teman di sekeliling Anda juga mengaaminya. Dalam studi ini, sebanyak 75 persen responden bercerai karena anggota keluarga atau salah satu sahabat mereka ada yang melakukannya.
Sebanyak 33 persen dalam penelitian ini juga mengaku bercerai jika teman dari temannya bercerai. Kecenderungan meniru apa yang dialami teman ini tak selalu berdampak negatif. Studi ini justru mngungkapkan fakta menarik bahwa membantu teman dalam memperbaiki pernikahan juga akan mempengaruhi bagaiman Anda juga memperbaiki pernikahan Anda.
Istri menderita sakit serius
Riset terbaru dari Journal of Health and Social Behavior ini meneliti 3.000 pasangan menikah dimana mereka berusia 50 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa istri yang menderita sakit serius seperti kanker, stroke, paru-paru dan jantung akan cenderung memiliki pernikahan yang goyah daripada suami yang sakit.
Pembagian tugas domestik
Pembagian tugas domestik antara suami dan istri secara adil justru menunjukkan tingkat perceraian yang tinggi. Studi dari Norwegia ini menyebutkan bahwa di sebagian rumah tangga yang diteliti, pembagian tugas merawat anak secara adil antara suami dan istri akan memicu perceraian. Tugas domestik yang biasanya dilakukan oleh istri dikerjakan dengan rasio 50:50 dengan suami.
Para ahli berpendapat bahwa antara suami dan istri dalam menjalin kemitraan tidak seperti menjalin mitra bisnis sebab hal ini akan menimbulkan ketidakbahagiaan daripada hubungan yang dijalani dengan kejujuran, intimasi, sifat murah hati dan spontanitas.
Tidak ada “hormon cinta” pada tubuh
Tim peneliti dari Swedia kali ini mengungkapkan penemuannya berupa varian gen yang bisa mempengaruhi keutuhan pernikahan hingga perceraian. Dalam laporan penelitian mereka yang terbikt pada jurnal Biological Psychiatry ada tahun 2013, kaum wanita adalah gen yang membawa gen permutasi mencegah proses oksitosin atau hormon cinta di dalam tubuh.
Tubuh secara alamiah memproduksi hormone oksitosin sehingga menimbulkan perasaan cinta, kebahagiaan dan keterikatan dengan pasangan. Wanita dengan gen ini misalnya sering mengalami masalah dengan komitmen atau cenderung melakang. Apabila mereka menikah, besar kemungkinan mereka akan mengalami pernikahan yang penuh rintangan.