Kalangan Muda AS Menggandrungi Gaya Hidup Komunal

Budaya hidup komunal kini semakin popular, dimana banyak ditemukan orang-orang yang hidup dengan cara berbagi tempat tinggal. Bukan dengan saudara maupun keluarga, namun mereka tinggal bersama seorang asing yang belum pernah dikenal sebelumnya. Memang terkesan menakutkan dan aneh namun begitulah tren yang terjadi sekarang.

Angela Fox misalnya, bukan masalah besar baginya untuk tinggal bersama orang asing. Ia secara sukarela juga berbagi rumah bersama 170 orang asing yang juga hidup seperti itu. Alasan Fox memilih gaya hidup tersebut adalah ia sudah menjadi warga sebuah komunitas coliving (communal living), sebuah program dari perusahaan Welive, Arlington, Virginia, Amerika Serikat.

Menjadi anggota komunitas coliving ini, Fox dan anaknya Tatton, akan banyak bertemu seluruh masyarakat komunitas begitu melangkahkan kaki keluar apartemen. Mereka berbagi dapur, coffee bar, ruang cuci, studio yoga, area TV, dan toko untuk kebutuhan sehari-hari.

Fox mengakui bahwa dirinya adalah seorang introver, namun ia juga merasa dunianya penuh petualangan. Meskipun ia hidup secara berkelompok, Fox selalu berusaa menjaga privasi. Begitu ia masuk apartemen dan mengunci pintu, suasana akan langsung hening sebab apartemennya kedap suara.

Fox, yang memimpin Crystal City Business Improvement District mengatakan bahwa komunitas coliving cukup berhasil untuknya.

Banyak juga para pendatang berusia 20-30 tahun yang hidup secara komunal. Kelsey Whallon, 25 tahun pindah ke tiga kamar tidur New York City setelah relokasi dari San Fransisco. Whallon dipasangkan secara acak dan ini menjadi cara baru untuk menjalin persahabatan.

Tidak hanya Welive, konsep komunitas coliving juga ditawarkan oleh perusahaan lain di Amerika Serikat seperti Ollie, Roam dan Unsettled dengan peminat yang cukup banyak.