Laporan
Mengatasi Rasisme dan Seksisme Kelompok dengan Senyum
Permasalahan sosial yang sedang tren saat ini adalah rasisme dan seksisme. Kedua hal ini hampir terjadi di seluruh dunia dan belum tampak adanya penanganan yang tepat. Banyak orang juga belum menyadari bahaya laten akibat rasisme dan seksisme yang melanda lingkungan sosial.
Senyum, rupanya mampu menjadi obat atas permasalahan sosial tersebut menurut sebuah studi. Dari jurnal Motivation and Emotion, sebuah studi menyatakan bahwa saat orang tersenyum, orang akan mengurangi diskriminasi ras dan gender. Semakin orang menjadi ramah dan terbuka, maka potensi rasisme dan seksisme akan berkurang.
Penelitian ini meneliti 90 mahasiswa yang diminta melihat berbagai foto wajah dan menilai kepribadian mereka. Foto-foto yang ditampilkan meliputi berbagai ras seperti Kaukasian, Asia Timur baik pria dan wanita dan menunjukkan wajah netral dan tersenyum.
Muncul berbagai penghakiman saat mahasiswa melihat foto-foto berwajah tanpa ekspresi. Misalnya, pria Kaukasian dianggap ‘tidak ramah’ daripada wanita Kaukasian. Sebaliknya, penghakiman mereka akan menghilang begitu melihat foto tersenyum.
Penulis studi ini, Nicole Senft, yang juga mengajar di Georgetown University, menyatakan penghakiman ini dapat terjadi pada para minoritas yang mengalami stereotip. Meski tampaknya sederhana namun rasisme dan seksisme merupakan permasalahan yang sangat kompleks.
Senft mengatakan penelitian ini bukan bermaksud untuk membebankan moral pada kaum yang sudah terstereotip. Semua orang tetap harus meningkatkan kesadaran sosial tanpa melihat status sosialnya.
Penellitian ini dapat dilakukan dengan jumlah subjek yang lebih besar, gunanya sebagai bentuk kampanye kesadaran masyarakat dunia bahwa betapa buruknya rasiswa dan seksisme yang akan memperburuk dunia.