Membiasakan Anak Agar Tidak Menjadi Pemalu

Pertama kali melihat orang, anak – anak cenderung beriskap malu. Ia akan memilih bersembunyi di belakang orang tua, atau seketika tak mau bicara dan bersikap manja. Ada juga yang enggan bergabung dengan teman-temannya dan memilih untuk bermain sendiri.

Menurut Anda, apakah sikap malu anak-anak perlu dibiarkan atau menjadi perhatian?

Livescience mengungkapkan bahwa orang tua perlu mengkhawatirkan rasa malu pada anak-anak jika sikapnya berlangsung cukup lama. Jika hanya berlangsung sebentar, artinya anak-anak hanya butuh waktu untuk beradaptasi dengan orang-orang baru. Berbeda jika terus-menerus merasa malu, maka perlu tindakan dari orangtua.

Hal yang menjadi kehawatiran utama adalah ketika anak malu-malu ketika bermain dengan teman-temannya. Padahal lingkungan sosial sangat penting sekali untuk membentuk karakter anak. Dengan bergaul akan membiasakan anak untuk berinteraksi, memahami perasaan dan perspektif orang lain, bernegoisasi kegiatan bersama, berani menyampaikan pandangan dan akhirnya ia bisa diterima di lingkungan sebayanya.

Anak yang malu bergaul dengan teman sebaya akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengakuan sosial, keahlian sosial dan kepercayaan diri. Jika anak sudah kehilangan itu semua, ia akan mudah diperlakukan buruk oleh  teman sebaya, kesulitan berteman dan mudah terluka secara emosional dan perasaan.

Hal ini perlu menjadi kekhawatiran orangtua, maka selain orangtua yang turun tangan perlu juga untuk melibatkan sekolah. Sifat pemalu anak juga akan membantu rutinitas keluarga sehingga perlu penanganan lebih lanjut dari ahli psikolog.

Bantu anak untuk menghadapi situasi ketika bersosialisasi, memasukkan anak ke kelompok minat dan bakar,  ekstrakulikuler, dan mengajaknya untuk bicara mengenai pergaulan serta mendukung setiap ide dan gagasannya.