Bayi
Membeli Bubur Bayi di Pinggir Jalan, Apakah Terjamin Sehat?
Untuk alasan instan, banyak kini penjual bubur bayi di pinggir jalan yang diklaim lebih sehat dari bubur bayi kemasan. Setiap pagi, kita juga sering menjumpai sejumlah gerobak tukang bubur khusus untuk bayi.
Para pembelinya adalah ibu-ibu urban yang tidak sempat membuatkan MPASI untuk anak-anaknya. Bubur bayi tersebut dikemas di dalam kantung plastik dan dijual dengan harga sekitar 2000 – 3500 rupiah per porsi.
Sayangnya, para penjual tidak begitu memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungannya. Seperti peralatan panci, meja, gerobak, para penjual tetap mengklaim bubur mereka sehat. Bubur yang masih panas juga dibungkus di dalam makanan, dalam waktu dua menit, bagian bawah kemasan sudah berubah bentuk. Jika begitu, apakah masih dianggap sehat.
Bubur menggunakan garam dan gula
Di beberapa booth penjual, tertulis “Tanpa Bahan Pengawet,Tanpa Garam, Gula dan MSG”. Rasanya tentu saja hanya kaldu yang hambar. Selain itu para penjual juga ada yang berani menyertakan nomor uji lab Dinas Kesehatan dengan keterangan bahwa bubur MPASI terbuat dari bahan-bahan organic. Bahan-bahan organic yang diklaim ini dipercaya pembeli sebagai “sehat” pula.
Para pembeli tidak selamanya bisa percaya dengan para tukang bubur bayi. Seperti di laporkan oleh Kompas.com misalnya, ditemukan tukang bubur yang mengaku menambahkan garam dan gula ke dalam bubur meskipun sudah mengantongi ijin dinas kesehatan (No. 142 Tahun 2010).
Karena di rasa enak (dirasakan oleh pembeli orang dewasa), bubur bayi bisa laku dengan menu setiap hari yang berbeda. Akan tetapi bubur bayi dengan perasa ini belum tentu sehat bagi bayi yang perlu dijaga asupan garam dan gula untuk perkembangannya di masa depan.
Memang agak merepotkan, namun membuat bubur bayi sendiri justru lebih aman dan terjamin. Para ibu bisa mengetahui nilai gizi apa saja yang dimasukkan ke dalamnya. Sehingga para ibu tidak perlu khawatir dengan isu bubur bayi yang tidak sehat yang banyak dijual di pinggir jalan tersebut.