Melakukan Babymoon, Perlukah?

Babymoon, istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Sheila Kitzinger, adalah honeymoon sebelum melahirkan Si Kecil. Kitnizer yang menulis buku kehamilan dan kelahiran asal Inggris ini menjelaskan bahwa babymoon ini dilakukan sebelum atau sesudah melahirkan, berbeda dengan honeymoon yang dilakukan setelah menikah.

Di masa babymoon ini Anda dan pasangan dapat menikmati tempat-tempat eksotis yang tenang sebelum menjadi orang tua, menikmati waktu luang sebelum waktunya habis untuk mengurus bayi.

Apa dampak positifnya?

Dampak positif dari babymoon ini akan dirasakan oleh calon ayah dan ibu. Sebab di masa ini Anda memiliki quality time berdua yang tak terlupakan. Memaksimalkan waktu berdua sebelum Anda merasakan kurang tidur karena terbangun tengah malam untuk mengurus bayi.

Setelah Si Kecil lahir otomatis Anda yang terbiasa tidur cepat akan sedikit kaget dengan ritme tidur Anda. Saat bayi rewel Anda akan terbangun, atau setidaknya Anda terbangun 2 jam sekali di tengah malam untuk memeriksa keadaan Si Kecil.

Babymoon yang dilakukan sebelum dan setelah melahirkan akan membantu Anda cepat sembut setelah persalinan. Anda akan lebih rileks menghadapi persalinan daan saat mengurus Si Kecil. Rasa rileks akan mengurangi dampak perdarahan dan mempercepat penyembuhan pasca melahirkan.

Kapan Waktu Terbaik Babymoon?

Dikutip dari American of Obstreticians Gynecologist (ACOG), bepergian saat hamil lebih baik dilakukan ketika usia kandungan sudah memasuki 14-28 minggu (trimester kedua). Di masa trimester kedua ini kondisi kandungan sudah kuat sehingga tidak mengkhawatirkan. Sedangkan berhenti melakukan perjalanan jauh setelah kehamilan menginjak usia 32 minggu. Di usia ini ada baiknya Anda dan pasangan mempersiapkan persalinan, tidak pergi jauh dari tempat melahirkan yang sudah direncanakan.

Babymoon baiknya diusia.