Komplikasi Langka Sindrom Baboon Akibat Antibiotik

Konsumsi antibiotik rupanya juga membawa dampak buruk yaitu muncul ruam di bagian pantat, ketiak dan pangkal paha. Kondisi ini bisa jadi dianggap alergi terhadap obat antibiotik yang umum disebut symmetrical drug-related intertriginous and flexural exanthema (SDRIFE). Oleh kaum awan kondisi ini juga disebut sindrom baboon yang dianggap sebagai komplikasi langka.

Sindrom baboon ini disebabkan karena seseorang yang mengkonsumsi antibiotik alergi terhadap penisilin, atau akibat paparan logal nikel dan merkuri. Kasus sindrom baboon ini diteliti oleh tim dokter NHS Lothian Hispital UK yang meneliti penderita amandel yang meradang.

Meskipun sudah diberikan  penisilin karena tidak juga sembuh, dokter memberikan benzypenicilin intravena, dexamethasone intravena dan obat steroid. Pada pengobatan ini kondisi tenggorokan mulai membaik namun ruam kulit semakin parah dan terasa nyeri. Ruam ini muncul di area pantan, ketiak, perut bawah, paha atas, dan pangkal paha.

Dengan kondisi ini kemudian tim dokter melakukan penelitian, dan setelah diteliti dengan mengambil sampel jaringan kulit ruam ditemukan adanya bakteri pemakan daging atau disebut sindrom baboon.

Sindrom ini termasuk tidak biasa dan dialami oleh pria dewasa setelah masa puber. Meskipun sudah diobati dengan steroid dan menghentikan konsumsi antibiotik dan kulit kembali normal bisa jadi ruam akan kembali .

Sindrom ini jarang terjadi pada anak kecil, walaupun ada laporan anak usia 18 bulan dan lima tahun mengalami kondisi ini. Masa pemulihan sindrom baboon bisa terjadi selama tiga minggu. Sindrom baboon ini selain akibat konsumsi penelisin, logam merkuri dan nikel pada kulit juga dikatakan karena konsumsi obat heartburn tertentu, kemoterapi dan adanya agen biologis seperti jamur, virus, parasit dan bakteri.

Alergi obat antibiotik. Obat penelisin. Contoh paragraf komplikasi. Alergi antibiotik. Akibat alergi anyibiotik. Ruam kulit pangkal paha.