Laporan
Laki-Laki Kurang Maskulin Cenderung Senang Lakukan Kekerasan
Stres pada laki-laki kerap disebabkan oleh anggapan diri bahwa mereka kurang maskulin seperti yang dianggap oleh masyarakat kebanyakan. Dengan kondisi seperti itu menimbulkan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki, menurut sebuah studi dari Amerika Serikat.
Menurut Dennis Reidy, dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta bahwa laki-laki tersebut kemungkinan berisiko melakukan kekerasan daripada laki-laki yang merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Namun bukan berarti laki-laki ‘kurang jantan’ bisa bertindak kasar.
Kata “stress” menjadi alasan utama namun bisaa juga merupakan kombinasi dari dua hal. Perilaku kekerasan kerap dilakukan oleh lelaki yang dipandang kurang maskulin oleh masyarakat, sehingga ia tertekan akan hal tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa laki-laki mengalami kondisi ‘stress’ karena ketidaksesuaian norma-norma maskulinitas.
Untuk kondisi tersebut, laki-laki juga cendenrung mengalami cedera yang lebih tinggi dengan risiko kesehatan yang buruk.
Dibandingkan dengan perempuan, penggunaan zat berbahaya, pesta minuman keras, mengemudi dengan agresif, membawa senjata, kenekatann dan perilaku kekerasan lebih memungkinkan berisiko pada laki-laki. Salah satu alasannya adalah ‘stres karena perbedaan masskulinitas’ yang diterimanya.
Selain itu, ada juga faktor lainnya yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan dan tindakan berisiko, namun tidak bisa sepenuhnya menjelaskan penyebab perilaku tersebut.
Penelitian ini diterbitkan di dalam jurnal Injury Prevention dimana sebanyak 600 laki-laki usia 18 hingga 50 tahun dijadikan partisipan yang dikumpulkan di dalam situs pengumpulan data online Mechanical Turk.
Para partisipan disurvei persepsi diri mereka mengenai peran gender. Peneliti juga menginvestigasi lelaki yang mengalami stress secara psikologis kemungkinan percaya anggapan orang lain bahwa dirinya kurang maskulin. Laki-laiki stress dengan keyakinan tersebut juga dilihat apakah dilampiaskan dalam perilaku berisiko dan kekerasan.
Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa laki-laki dengan persepsi diri dan stress ternyata memiliki tingkat kekerasan 348 persen lebih tinggi daripada laki-laki yang ‘stres’ karena persepsi maskulinitas yang rendah.
Kesimpulannya, ketika maskulinitas seorang laki-laki diragukan atau terganggu karena penilaian orang lain terhadapnya, ia cenderung membuktikan kejantannya dengan melakukan kekerasan.