Keluarga
Komunikasi dan Kepercayaan Jadi Hal Tersulit dalam Pernikahan, Setuju?
Kasus pasangan bercerai masih sering terjadi dan angkanya semakin meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Banyaknya perceraian tersebut biasanya disebabkan oleh kurangnya komunikasi. Padahal komunikasi, seperti berbicara, adalah hal yang sudah selalu dilakukan sejak masa pacaran.
Komunikasi tidak semudah itu dilaksanakan antara suami dan istri. Misalnya ketika membicarakan soal keuangan jika salah satu enggan memulainya maka hal itu akan menjadi hambatan komunikasi. Seringkali pasangan tidak menyadari hal tersebut terjadi di dalam pernikahan mereka.
Selain komunikasi, rupanya ditemukan juga beberapa hal sulit yang kerap dihadapi oleh pasangan menikah. Sebuah jajak pendapat dilakukan oleh situs SheKnows dengan ribuan wanita sebagai partisipannya. Dari hasil jajak pendapat tersebut ditemukan empat fakta sebagai berikut:
1. Sulitnya Berbicara dengan pasangan Anda
Fakta ini diakui oleh 36 persen pasangan yang menjadi bagian tersulit dalam pernikahan mereka. Kurangnya komunikasi juga menjadi penyebab perceraian di Amerika. Penulis Men are From mars, Women are From Venus, Dr John Gray, mengatakan bahwa gaya komunikasi yang berbeda berhubungan dengan perbedaan structural otak pria dan wanita.
Kapasitas otak pria lebih besar dari segi ukuran sedang wanita lebih rumit jalur sarafnya. Pria lebih senang menggunakan otak kirinya sehingga saat memecahkan masalah fokus pada logika. Berbeda dengan wanita yang menggunakan kedua sisi otak sehingga kerap menggabungkan emosi, bahasa dan logika saat menghadapi masalah.
Ketika masing-masing pria dan wanita menghadapi masalah dalam pernikahannya, mereka memiliki cara sendiri dalam menghadapi stress tersebut. Wanita suka mencari penghiburan diri dari rekan-rekan perempuannya. Sedangkan pria memilih menyendiri atau menghilang dari peredaran. Hal ini dibuktikan dalam Jusnal Psychological Review terbitan Juli 2000.
2. Sulitnya Mempercayai Pasangan
Sebanyak 34 persen pasangan mengakui bahwa dalam hubungan harus ada saling percaya, akan tetapi mereka merasakan sebaliknya. Dalam survei tersebut, sebanyak 37 persen perempuan sering merasa curiga dengan keberadaan pasangannya.
Menurut Dr Neil Cannon, seorang terapis seks, kurangnya kepercayaan dapat merusak ikatan pernikahan. Akibatnya, ketika kepercayaan mulai hilang hal ini bisa memisahkan keluarga dan pemulihannya cukup sulit dilakukan jika tidak dilakukan bersama-sama.
3. Cara menggunakan uang
Pasangan suami istri (23 persen) mengaku bahwa cara menggunakan uang adalah tantangan tersendiri, termasuk soal keyakinan dan nilai-nilai dalam keluarga. Sebanyak 9 persen perempuan kerap berselisih paham bagaimana cara membesarkan anak. Mereka juga mengaku kerap berselirih secara emosional dan verbal dengan pasangannya karena adanya keyakinan yang berbeda.
Untuk mengatasinya, cobalah untuk berbicara secara logis dan saling mendengarkan harapan pasangan. Coba pahami bagaimana latar belakangnya sebelum menikah, budaya dari keluarganya dan sebagainya. Dengan begitu Anda bisa berkompromi dengannya.
4. Keluarga siapa yang didahulukan?
Masalah ini dialami oleh 6 persen perempuan dalam survei, dimana mereka suka mengeluh soal menghabiskan waktu bersama keluarga pasangan saat merayakan hari raya keagamaan. Ketika mereka meluangkan waktu saatu hari khusus untuk kekuarga mereka sering berdebat dengan siapa mereka akan menghabiskannya.
Tetap yakini bahwa ketulusan penghargaan dan rasa senang ketika meluangkan waktu bersama suami akan membuat pernikahan semakin stabil dan aman.
Tanpa masalah sebenarnya ikatan pernikahan tidak akan kuat, sehingga tetaplah berkomitmen untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah tersebut.