Kehidupan pribadi memang paling sering dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam membuat karya seni. Seperti: lagu, cerpen, drama, sinetron, dll. Cerpen tentang kehidupan pribadi biasanya juga banyak dibuat berdasarkan kisah nyata kehidupan para penulisnya ataupun orang yang dianggap menjadi sumber inspirasi dari cerita yang akan ditulis. Berikut ini adalah sebuah cerpen tentang kehidupan nyata yang bisa kita petik pesan yang terkandung di dalamnya.
RIAK KEHIDUPAN
Ratmi adalah seorang perempuan yang lahir dari keluarga yang tidak mampu. Sejak kecil, ia telah merasakan pahitnya kehidupan dengan hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SD saja. Sebagai anak tertua, Ratmi merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tuanya membesarkan adik-adiknya yang berjumlah 3 oang. Terlebih sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan saat ia berumur 11 tahun. Sejak kecil, Ratmi telah melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan uang walaupun tidak seberapa. Namun, dari uang yang ia dapatkan tersebut bisa digunakan untuk membeli beras serta kebutuhan hidup yang lainnya. Ibunya pun tidak kalah ulet, apapun dikerjakan demi sesuap nasi. Ibu selalu bangun pagi - pagi kemudian membuat girengan dan nasi uduk. Jam setengah 6 mulai pergi keliling kampung menjajakan dagangan. Baru kemudian jam 10 pagi pulang ke rumah dan mulai mendatangi rumah - rumah yang menggunakan jasanya untuk mencuci dan menyetrika. Ada 4 rumah yang memanfaatkan jasa Ibu Ratmi. Lepas Ashar baru Ibu Ratmi pulang ke rumah.
Saat Ratmi berusia 18th, ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta bersama Nuri. Nuri adalah teman Ratmi bermain sejak kecil yang telah lebih dahulu bekerja di Jakarta sebagai PRT. Dengan membawa bekal seadanya, Ratmi pun berangkat ke Jakarta diiringi oleh isak tangis ibu dan adik - adiknya. Sesampainya di Jakarta, Ratmi bekerja di rumah Ibu Dibyo. Ibu Dibyo adalah seorang janda tanpa anak. Suami bu Dibyo meninggal karena serangan jantung 2 tahun yang lalu. Karena sudah terbiasa hidup prihatin sejak kecil serta rajin bekerja, Ratmi pun disayang dan diperlakukan oleh bu Dibyo seperti layaknya anaknya sendiri. Bahkan Ratmi diikutkan beberapa kursus mulai dari memasak, menjahit, hingga merias. Walaupun tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, Ratmi tergolong cerdas sehingga bisa dengan mudah menyerap semua materi kursus.
Kehidupan Ratmi pun berubah. Atas bantuan modal dari bu Dibyo, ia bisa membuka catering, rias pengantin dan modiste. Uang yang dikirim ke kampung pun semakin banyak jumlahnya sehingga kehidupan ibu dan adik - adiknya di kampung menjadi lebih baik. Suatu hari, Ratmi bertemu dengan Dimas, seorang pemilik perusahaan konveksi yang ingin bermitra dengan modeiste milik Ratmi. Akhirnya benang - benang cintapun terjalin diantara mereka. Bu Dibyo telah merestui hubungan mereka. Pada saah liburan akhir pekan, Ratmi dan Dimas pergi ke kampung Ratmi. Disana Ratmi mengenalkan Dimas kepada ibu dan juga adik-adiknya. Saat itu juga Dimas melamar Ratmi di hadapan ibu Ratmi. Tidak perlu menunggu lama, 6 bulan kemudian mereka melangsungkan pernikahan dengan dihadiri orang - orang terdekat. Ratmi memboyong ibu dan adik-adiknya ke kota untuk tinggal di rumah mereka yang baru dan mereka semua pun hidup berbahagia.