- Home »
- Lirik »
- Ebiet G Ade » Sepucuk Surat Cinta
LIRIK LAGU Sepucuk Surat Cinta
Ebiet G Ade
Coba kau tinggalkan aku sendiri
untuk belajar menahan kerinduan
dan untuk menimbang sampai seberapa
kadar cinta kasihku kepadamu,
sampai seberapa kesetiaanku padamu
Coba kau biarkan aku berfikir
apa yang mesti kukatakan padamu
Setiap orang selalu saja bicara
tentang masa depan dan masa silam
Aku akan jujur saja kukatakan, “aku cinta padamu.”
Kulihat kaki-kaki burung berdansa
Kudengar putik-putik kembang berdendang
Itukah pertanda aku jatuh cinta?
Itukah pertanda hatiku kembali tergugah?
Coba kau renungkan sekali lagi
di sisi manakah ‘ku harus berdiri
sebab ini semua tergantung padamu
sedang di sini telah kubuka tanganku
Sekarang tinggal bagaimanakah kau bersikap padaku
Kekerasanmu mulai aku sukai
Sikap-sikapmu pun telah kumengerti
Pandangan hidupmu aku pun setuju
walau kita ada di jalan berbeda
tetapi jelas bahwa tujuan kita sama, padaNya
Benarkah di satu sudutmu, Jakarta,
cintaku mulai tumbuh subur?
Atau semua ini hanyalah sejenak
seperti yang selalu aku dapati,
seperti yang selalu aku temui berakhir?
LIRIK LAGU Sepucuk Surat Cinta
Ebiet G Ade
Coba kau tinggalkan aku sendiri
untuk belajar menahan kerinduan
dan untuk menimbang sampai seberapa
kadar cinta kasihku kepadamu,
sampai seberapa kesetiaanku padamu
Coba kau biarkan aku berfikir
apa yang mesti kukatakan padamu
Setiap orang selalu saja bicara
tentang masa depan dan masa silam
Aku akan jujur saja kukatakan, “aku cinta padamu.”
Kulihat kaki-kaki burung berdansa
Kudengar putik-putik kembang berdendang
Itukah pertanda aku jatuh cinta?
Itukah pertanda hatiku kembali tergugah?
Coba kau renungkan sekali lagi
di sisi manakah ‘ku harus berdiri
sebab ini semua tergantung padamu
sedang di sini telah kubuka tanganku
Sekarang tinggal bagaimanakah kau bersikap padaku
Kekerasanmu mulai aku sukai
Sikap-sikapmu pun telah kumengerti
Pandangan hidupmu aku pun setuju
walau kita ada di jalan berbeda
tetapi jelas bahwa tujuan kita sama, padaNya
Benarkah di satu sudutmu, Jakarta,
cintaku mulai tumbuh subur?
Atau semua ini hanyalah sejenak
seperti yang selalu aku dapati,
seperti yang selalu aku temui berakhir?
untuk belajar menahan kerinduan
dan untuk menimbang sampai seberapa
kadar cinta kasihku kepadamu,
sampai seberapa kesetiaanku padamu
Coba kau biarkan aku berfikir
apa yang mesti kukatakan padamu
Setiap orang selalu saja bicara
tentang masa depan dan masa silam
Aku akan jujur saja kukatakan, “aku cinta padamu.”
Kulihat kaki-kaki burung berdansa
Kudengar putik-putik kembang berdendang
Itukah pertanda aku jatuh cinta?
Itukah pertanda hatiku kembali tergugah?
Coba kau renungkan sekali lagi
di sisi manakah ‘ku harus berdiri
sebab ini semua tergantung padamu
sedang di sini telah kubuka tanganku
Sekarang tinggal bagaimanakah kau bersikap padaku
Kekerasanmu mulai aku sukai
Sikap-sikapmu pun telah kumengerti
Pandangan hidupmu aku pun setuju
walau kita ada di jalan berbeda
tetapi jelas bahwa tujuan kita sama, padaNya
Benarkah di satu sudutmu, Jakarta,
cintaku mulai tumbuh subur?
Atau semua ini hanyalah sejenak
seperti yang selalu aku dapati,
seperti yang selalu aku temui berakhir?