Previous
Next
  • Home
  • »
  • Dunia Kerja
  • » Satu dari Empat Karyawan Millenial Cepat Ganti Pekerjaan

Dunia Kerja

Satu dari Empat Karyawan Millenial Cepat Ganti Pekerjaan

 

Kaum millennial atau generasi Y tengah memasuki puncak kejayaannya. Secara karakteristik, kaum ini dianggap cukup kreatif dan melek teknologi, namun sebaliknya mereka juga mudah cepat ganti kerjaan. Generasi Y juga secara ilmiah ditemukan cukup menantang dalam hal karier, dimana hanya 25% dari mereka yang memiliki totalitas kerja.

Sebuah penelitian Dale Carnegie Indonesia dilakukan terhadap 1.200 karyawan millennial dan non millennial, dengan maksud mengetahui tingkat keterlibatan pegawai atau employee engagement generasi millennial dalam memberikan performa terbaik pada perusahaan secara emosional dan intelektual.

Studi ini mengungkapkan di 6 kota besar di Indonesia yang diteliti, terdapat satu dari empat millennial yang dapat bekerja secara total dan dapat melibatkan diri pada karier di perusahaan.

Ditemukan 9% karyawan millennial enggan terlibat atau disengage dengan perusahana, sedangkan 66% dari mereka mau terlibat sebagian/partially engaged. Temuan ini cukup mengejutkan dimana golongan millennial ini akan cepat berpindah jika perusahaan tidak segera mengambil langkah antisipasi, dijelaskan oleh Joshua Siregar, Director National Marketing Dale Carnegie Indonesia.

Keterlibatan kaum millennial pada perusahaan terbagi menjadi tiga, yaitu terlibat, setengah terlibat dan menolak terlibat. Pegawat yang terlibat sepenuhnya dapat dikatakan loyal dan mampu bertahan dalam jangka panjang serta dapat menguntungkan perusahaan. Jenis keterlibatan ini adalah mereka yang bekerja dengan produktif dan berkualitas.

Untuk kaum yang terlibat sebagian, karyawan hanya focus pada penyelesaian tugas tanpa mementingkan kualitas. Mereka juga jarang memberikan pendapat atau masukan dan seolah memedulikan gaji. Untuk kategori terakhir mereka justru bisa membeirkan pengaruh negative kepada bos dan rekan dan menampilkan kesan ketidakpercayaan dna cenderung menyabotase pekerjaan.

Sangat disayangkan jika dalam temuan ini hanya ditemukan 25% millennial yang mau terlibat. Hal ini juga disebabkan beberapa alas an, misalnya pola pikir millennial yang menginginkan sejumlah hal dari pekerjaan tersebut. Misalnya, menginginkan perasaan terjamin dari perusahaan, apresiasi, gaji kompetitif, komunikasi terbuka dan jujur serta keseimbangan waktu bekerja dan kehidupan pribadi.

Untuk itulah perusahana dengan karyawan yang terdiri dari kaum millennial disarankan untuk segera mengubah budaya perusahaan, seperti menyediakan pelatihan karyawan, menguatkan hubungan karyawan dan manajer, membangun rasa saling percaya pada jajaran eksekutif, dan penyusunan proses dan prosedur yang mendukung.

Intinya, untuk memasukkan kaum millennial pada lingkungan perusahaan maka perusahaan perlu membangun budaya baru dan membuat mereka merasa terlibat.

(adeg/Carapedia)
Tambahkan komentar baru
Komentar Sebelumnya (0)
Belum ada komentar untuk produk ini.